Sekdaprov Jatim Ajak Daerah Perkuat Sinergi dan Tata Kelola Anggaran Hadapi Bencana 2026
SURABAYA, 13 NOVEMBER 2025 – Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono, mengajak seluruh pemerintah daerah di Jatim untuk memperkuat sinergi lintas sektor, membangun budaya antisipatif, dan mengelola anggaran kebencanaan secara lebih efektif menjelang potensi bencana tahun 2026.
“Forum ini bukan sekadar ajang diskusi, tetapi momentum untuk membangun orkestrasi kerja kebencanaan Jawa Timur yang lebih presisi, kolaboratif, dan berdampak nyata,” ujar Adhy saat membuka Rapat Koordinasi Kedaruratan dan Logistik bertema “Sinergi Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Kedaruratan Bencana melalui Optimalisasi Anggaran 2026” di Surabaya, Rabu (12/11/2025).
Ia mengingatkan bahwa Jawa Timur kini menghadapi puncak musim hujan yang berpotensi disertai cuaca ekstrem sebagaimana peringatan BMKG. Kondisi ini meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, angin puting beliung, hingga banjir rob di wilayah pesisir.
“Sesuai arahan Ibu Gubernur, kita tidak boleh hanya menunggu. Pemerintah daerah harus selalu siaga, bergerak cepat, dan terkoordinasi,” tegasnya.
Dalam arahannya, Adhy meminta seluruh kabupaten/kota segera mengaktifkan posko siaga 24 jam dengan sistem pelaporan cepat yang terhubung ke posko provinsi.
Dinas Pekerjaan Umum diminta melakukan inspeksi drainase dan normalisasi sungai, sementara Dinas Sosial dan BPBD harus memastikan stok logistik dasar tersedia di titik strategis.
Selain itu, para Sekda kabupaten/kota diimbau memimpin langsung koordinasi kesiapsiagaan, termasuk pemetaan jalur evakuasi, penyiapan titik pengungsian layak, dan sosialisasi rencana kontinjensi hingga ke tingkat desa.
“Masyarakat harus tahu apa yang harus dilakukan saat alarm peringatan dini berbunyi. Relawan seperti TAGANA dan DESTANA perlu terus dilibatkan,” ujarnya.
Perkuat Sinergi Pentahelix
Adhy juga menekankan pentingnya memperkuat kolaborasi pentahelix antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, media, dan masyarakat. Menurutnya, sinergi tersebut telah berkontribusi menurunkan Indeks Risiko Bencana (IRB) Jawa Timur menjadi 95,75 pada 2024, masuk kategori sedang.
Meski demikian, Adhy menegaskan bahwa Jawa Timur tetap harus unggul dalam perencanaan dan pengelolaan anggaran, terutama menghadapi tantangan penurunan dana transfer dari pusat.
“Kita harus mampu mengorkestrasi anggaran, sumber daya, dan kebijakan dalam sistem kerja yang solid dan terpadu,” katanya.
Ia menutup dengan ajakan memperkuat koordinasi lintas sektor melalui joint budgeting, berbagi data secara real-time, dan memanfaatkan sumber daya bersama.
“Ini bukan soal siapa yang paling berwenang, tapi siapa yang paling cepat memberi solusi dan menyelamatkan jiwa. Mari rapatkan barisan dan buktikan bahwa Jawa Timur tangguh dan sigap menghadapi bencana,” pungkas Adhy.